SENJATA KETIGA
Kasut
(sepatu) - Kerelaan Memberitakan Injil Damai Sejahtera
Dengan
kerelaan memberitakan Injil Damai Sejahtera merupakan senjata bagi kita untuk
melindungi bagian tubuh kita yang paling bawah yaitu kaki kita. Itulah janji
Tuhan dalam Firman-Nya bila kita memahami arti Firman tersebut.
Untuk
lebih jelas mengenai topik ini dan agar kita tidak salah memahami makna dari
Firman yang kita pelajari. Bila kita salah mengerti tentang makna sebuah
ungkapan maka kita bisa salah dalam pelaksanaannya. Marilah kita memahami lebih
dalam pengertian masing-masing bagian judul ini.
Marilah
kita memahami terlebih dahulu mengenai kata ‘kerelaan’. Kata ‘kerelaan’
merupakan sebuah kata benda abstrak bentukan dari kata dasar ‘rela’. Menurut
kamus Umum Bahasa Indonesia bahwa kata ‘rela’ berarti bersedia (sudi) dengan
ikhlas hati. Kerelaan berarti kesediaan dengan ikhlas hati.
Kerelaan
dapat diartikan sebagai kemauan seseorang untuk melakukan sesuatu tanpa
mengharapkan iming-iming atau imbalan seperti uang sebagai bayaran atas
pekerjaan yang telah dilakukan.
Kerelaan
memberitakan Injil Damai Sejahtera berarti kesediaan dengan ikhlas hati
memberitakan Injil Damai Sejahtera tanpa mengharapkan iming-iming atau imbalan
uang. Jangan salah paham dulu. Bukan berarti kita tidak boleh menerima upah.
Tuhan lebih mengetahui tentang kebutuhan kita dari pada kita sendiri.
Perhatikan
arti ungkapan tersebut agar anda tidak menjadi kecewa di kemudian hari karena
apa yang anda lakukan tidak sesuai dengan maksud Tuhan. Jika anda melakukan
pekerjaan pemberitaan Injil Damai Sejahtera dengan motivasi uang berarti anda
bisa kehilangan senjata tersebut.
Anda bisa
mengeluh suatu saat bila anda menghadapi suatu masalah dari musuh. Anda berkata
bahwa anda telah memberitakan Injil kenapa saya masih bisa ditembak musuh pada
bagian kaki saya. Bukankah saya telah berkasutkan kerelaan memberitakan Injil?
Itu
mungkin hanyalah pemikiran anda yang kurang benar karena pemahaman anda yang
kurang benar tentang perkataan yang anda peroleh dari Firman Tuhan. Itulah
sebabnya kita perlu memiliki pemahaman dan pengertian yang benar tentang
ungkapan yang digunakan dalam Firman Tuhan.
Kerelaan
merupakan kata abstrak yang bisa dilihat dari ungkapan tingkah laku luar yang
dihasilkan dari perasaan hati, apa yang kita sebut dengan sikap. Orang selalu
memperlihatkan dalam perbuatannya apa yang mereka rasakan dalam hati.
Sebagian
orang bisa berusaha menutupi sikap mereka untuk membohongi orang lain. Tetapi
usaha tersebut tidak bisa berlangsung lama karena sikap selalu berusaha tampil
dan memperlihatkan diri. Dari sini lah muncul dua sudut pandang yang berbeda
antara Tuhan dan manusia.
Tuhan yang
mengenal hati orang bisa mengetahui sikap seseorang dari hatinya. Sebelum
manusia mengungkapkan sikapnya melalui tindak lakunya, Tuhan telah
mengetahuinya dalam hati orang itu.
Sedangkan
manusia hanya bisa melihat sikap seseorang dari hasil tingkah laku luarnya. Hal
ini bisa terjadi karena sikap merupakan tampilan terdepan dari jati diri
manusia. Akarnya masuk ke dalam tetapi buahnya keluar sehingga bisa tampak oleh
orang lain.
Dalam
pekerjaan memberitakan Injil, Tuhan Yesus sangat tegas terhadap setiap sikap
orang yang diutus-Nya. Karena kita memperolehnya dengan cuma-cuma maka kita pun
harus memberikannya dengan cuma-cuma.
Bahkan
ditegaskan bahwa seorang pemberita Injil tidak boleh membawa perbekalan.
“Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.
Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua
helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya”
(Matius 10:9-10).
Dalam hal
ini Yesus ingin menasehati mereka agar mereka tidak membebani diri mereka
dengan hal-hal duniawi. Yesus menghendaki mereka untuk mengandalkan kuasa-Nya.
Yesus menegaskan kepada setiap pemberita Injil bahwa mereka tidak boleh
memiliki sikap mandiri dengan kekuatan mereka sendiri.
Tidak
boleh menuntut gaji di depan dengan menentukan atau mematok gaji sekian. Yesus
mengajarkan setiap murid-Nya memiliki sikap ketergantungan kepada Tuhan
semata-mata. Mengharapkan kasih kemurahan Tuhan senantiasa. Disadari atau tidak
bahwa pemberian langsung oleh tangan Tuhan adalah jauh lebih besar dari pada
hasil upaya jerih payah kita sendiri. Kekuatan manusia sangat terbatas.
Sedangkan
kuasa Tuhan tidak terbatas atau berkelimpahan. Seperti firman Tuhan dalam Amsal
Salomo mengatakan: “Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak
akan menambahinya” (Amsal 10:22).
Pengertian
Memberitakan Injil Damai Sejahtera
Apakah
yang dimaksud dengan memberitakan Injil Damai Sejahtera? Memberitakan Injil berarti menyampaikan
Firman Tuhan kepada orang lain. Menyampaikan kabar keselamatan yang hanya ada
dalam Yesus Kristus kepada orang lain, khususnya orang-orang yang belum
mengenal kebenaran itu. Tugas siapakah sebenarnya memberitakan Injil itu?
Apakah
memberitakan Injil hanya tugas dari pada pendeta saja? Tentu saja tidaklah
demikian. Memberitakan Injil adalah tugas setiap orang percaya. Bila kita
mengaku dan percaya bahwa kita telah diselamatkan oleh Yesus Kristus maka kita
pun wajib memberitakan Injil kebenaran itu. Sebagaimana Yesus telah mengajarkan
kepada murid-murid-Nya bahwa mereka harus memberitakan Injil, demikian jugalah
kita setiap orang percaya wajib untuk memberitakan Firman Damai Sejahtera itu
kepada orang lain.
Orang
percaya yang tidak memberitakan Injil berarti mereka akan kehilangan kuasa
perlindungan atas mereka. Bahkan kita dituntut dengan kerelaan memberitakan
Injil. Karena dengan demikianlah kita bisa memperoleh senjata yang disebut
kasut (sepatu) yang melindungi kaki kita kemana pun kita pergi.
Bila kita
bertanya kepada orang-orang Kristen. Kegiatan kerohanian apakah yang paling
sulit bagi anda untuk dilakukan? Pada umumnya mereka akan menjawab bahwa
pekerjaan rohani yang paling sulit dilakukan adalah memberitakan Injil.
Menurut
pengalaman saya juga memang demikian. Bahkan tidak sedikit pendeta juga
memiliki kesulitan untuk menjangkau orang lain yang belum percaya. Tidak
perduli entah sudah berapa lama orang-orang tertentu telah menjadi kritsten
tetapi mereka sulit untuk memberitakan Injil kepada orang yang belum percaya.
Semakin
lama seseorang menjadi Kristen semakin sulit dia bersentuhan dengan orang-orang
yang belum percaya. Mungkin tanpa disadari bahwa hal itu telah terbentuk dan
menjadi kebiasaan kelompok orang-orang Kristen yang membentuk kelompok mereka
menjadi eksklusif.
Mereka
hanya mau bertemu dengan sesama kelompok mereka. Bahkan mereka menganggap musuh
kelompok Kristen lain yang tidak sependapat atau tidak sealiran dengan mereka.
Mereka tidak perduli dengan orang lain yang masih terhilang. Bahkan mereka
merasa bahwa orang-orang lain yang belum percaya dianggap musuh mereka yang
harus dihindari.
Mungkin
mereka lupa dengan pesan Amanat Agung Yesus Kristus. Orang-orang yang demikian
dapat disamakan dengan orang yang telah kehilangan garamnya. Mungkin mereka
telah lupa bahwa Yesus pernah mengatakan bahwa mereka adalah garam dunia. Atau
mugkin saja karena mereka telah menjadi tawar karena kehilangan rasa asinnya.
Yesus
sendiri pernah berkata demikian: “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu
menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain
dibuang dan diinjak orang” (Matius 5:13). Hati-hatilah saudaraku! Janganlah
kita sampai terbuang karena tidak melakukan Amanat Agung tersebut.
Sebagai
orang percaya yang telah memperoleh keselamatan harus keluar dari kelompok atau
gerejanya untuk menjangkau orang-orang yang belum percaya. Sikap ini mungkin
tidak disenangi sebagian pemimpin gereja karena dia berpikir hal itu akan
mengurangi pendapatannya.
Memberitakan
Injil haruslah menjadi gaya hidup kita. Bila kita sungguh memiliki kasih yang
dari Tuhan Yesus Kristus berarti kita harus membuang rasa takut kita untuk
memberitakan Injil. Justru kita harus menjangkau orang-orang yang belum percaya
karena kita mengasihi mereka. Kita ingin mereka diselamatkan.
Kita harus
dengan kerelaan untuk memberitakan Injil kepada orang yang belum percaya
sekarang selagi kita masih ada di dunia ini. Karena pekerjaan pemberitaan Injil
hanya bisa kita lakukan di dunia ini. Di surga nanti tidak ada lagi pemberitaan
Injil. Jika kita tidak menaati perintah Tuhan berarti kita akan terlambat.
Perkataan
Yesus dalam Matius 5:13 yang ditujukan kepada para murid-Nya dan juga kepada
setiap orang percaya yang hidup saat ini. Setiap kita orang percaya haruslah
melaksanakan fungsi kita sebagai garam dunia. Yesus sendiri menginginkan kita
untuk menggarami setiap orang, khususnya orang-orang yang belum percaya.
Dengan
sifat garam yang dahsyat untuk mempengaruhi setiap hal yang berbaur dengannya,
demikian jugalah setiap orang percaya yang Yesus katakana sebagai garam dunia
harus bisa mempengaruhi setiap orang di sekitarnya menjadi asin – menjadi milik
Tuhan Yesus Kristus.
Memberitakan
Injil Damai Sejahtera merupakan tugas wajib bagi setiap orang percaya. Tuhan
Yesus sendiri mengamanatkan kepada setiap orang percaya untuk memberitakan
Injil.
Inilah
yang disebut dengan Amanat Agung Yesus Kristus, seperti tertulis dalam Matius
28:19-20: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Apa yang
membuat pekerajaan memberitakan Injil itu sulit? Pekerjaan memberitakan Injil
itu akan terasa sulit jika kasih Kristus belum sungguh-sungguh ada dalam hati
kita. Itu yang pertama.
Yang
kedua, kita mengijinkan iblis mempengaruhi pikiran kita sehingga kita berpikir
bahwa pekerjaan penginjilan itu sulit. Bahkan iblis mengacaukan pikiran kita
sehingga kita berpikiran bahwa bila kita memberitakan Injil berarti kita
menyerang mereka.
Jika kita
tidak cepat menyadari hal itu maka kita akan kalah dalam peperangan yang kita
hadapi. Kita pasti akan mengalami kekalahan dalam peperangan yang kita hadapi
karena kita kehilangan salah satu senjata kita, yaitu kasut kita. Karena kita
harus berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil Damai Sejahtera.
Sesungguhnya
memberitakan Injil itu sederhana sekali. Asal kita tahu caranya. Bila kita tahu
caranya, dan kita mengerti tujuan kita memberitakan Injil, Tuhan pasti
menyertai kita. Kita memberitakan Injil karena kita mengasihi Tuhan dan
mengasihi mereka yang terhilang. Jauhkan pikiran anda yang ingin mengkristenkan
orang lain.
Kasih
Kristus bertujuan untuk menolong orang dalam masalah mereka. Kasih Kristus yang
mengalir dalam kita bertujuan untuk memperbaiki hidup orang lain. Jika kita
bersaksi kepada mereka yang belum percaya tentang bagaimana kasih Kristus memperbaiki
hidup kita merupakan bagian dari pada penginjilan. Kita mendoakan orang-orang
yang akan kita jangkau untuk dimenangkan bagi Kristus.
Kita
mengundang mereka untuk mengikuti kegiatan sosial yang bermanfaat memperbaiki
kehidupan mereka. Pelan tapi pasti, mereka akan mencari sumber kasih tersebut,
dan mereka akan meminta kita menjelaskan kepada mereka tentang Injil Damai
Sejahtera itu.
Demikianlah
Rasul Petrus menyatakan: “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai
Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab
kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang
pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat” (1
Petrus 3:15).
Kerelaan
atau kesediaan merupakan kunci dalam memberitakan Injil. Jika kita rela atau
bersedia, Tuhan pasti memakai kita untuk tujuan-Nya. Jika kita bersedia
membagikan kasih Kristus kepada mereka yang belum percaya, pintu-pintu akan
terbuka.
Bila kita
bersedia menceritakan kepada mereka yang masih terhilang tentang kisah kita
bagaimana di dalam Kristus, hidup mereka akan diubahkan. Dengan kerelaan kita
memberitakan Injil Damai Sejahttera, kita akan berkemenangan karena kita telah
mengenakan senjata perlengkapan rohani kita. Selamat berperang. Dan jangan lupa
mengenakan perlengkapan rohani anda.
*****
Doa kami
tulisan yang kami sajikan ini dapat dipahami, direnungkan, dan dilakukan agar
berkat-berkat yang Tuhan sediakan turun atas saudara dan orang-orang yang
kepadanya firman Tuhan ini disampaikan.
Terima
kasih, saudara telah membaca tulisan tentang Bajuzirah - Keadilan yang
disajikan oleh Ev. Heldin Manurung dalam website ini. Tuhan Yesus Kristus
memberkati saudara. Amin!